top of page

Rumoh Aceh, Rumah yang Menghadap Kiblat

JAKARTA - Tak salah rasanya menyebut Indonesia sebagai negara yang kaya, mulai dari sumber daya alam, kesenian, makanan, hingga rumah adat semuanya ada di Indonesia. Dengan banyaknya suku di Indonesia, maka banyak pula rumah adat yang berdiri. Salah satunya Rumoh Aceh, rumah adat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

 

    Rumoh Aceh merupakan rumah adat Aceh yang memiliki bentuk bangunan unik dan didominasi oleh kayu sebagai bahan utama bangunannya. Rumoh Aceh merupakan jenis 

Rumoh Aceh (Foto oleh google)

rumah panggung yang memiliki tinggi bervariasi sesuai keinginan arsiteknya. Pada umumnya, rumoh Aceh ini memiliki tinggi sekitar 2,5-3 meter di atas tanah. Perlu menaiki beberapa anak tangga untuk bisa masuk ke dalam rumoh Aceh ini.

 

    Rumoh Aceh memiliki tiga sampai lima ruangan di dalamnya, dengan ruang utama yang biasanya disebut rambat. Rumoh Aceh yang memiliki tiga ruangan biasanya disangga oleh 16 tiang dan untuk yang lima ruangan memiliki 24 tiang yang menjadi penyangganya. Tiang-tiang yang ada di rumoh Aceh biasanya berukuran 20-35 cm.

 

    Ruangan-ruangan dalam rumoh Aceh memiliki sebutan tersendiri. Untuk ruang depan, orang Aceh menyebutnya seuramoe reungeun yang merupakan ruangan yang berkamar-kamar dan tidak berbilik. Orang Aceh biasanya menggunakan seuramoe reungeun  untuk menerima tamu dan tempat belajar mengaji. Ada lagi ruang  tengah yang biasa disebut seuramoe teungoh yang merupakan bagian inti rumoh Aceh dan sering pula disebut rumoh inong (rumah induk).

 

    Seuramoe teungoh ini memiliki tinggi yang berbeda dengan bagian rumah lainnya karena ruangan ini dianggap suci oleh empunya dan bersifat sangat pribadi. Rumah inong ini sering digunakan sebagai ruang tidur kepala keluarga. Terakhir ada ruang belakang yang disebut seuramoe likot yang memiliki tinggi sama dengan seuramoe reungeun. Fungsi ruang belakang ini adalah sebagai dapur dan tempat makan bersama keluarga, sering pula dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul dan berbincang keluarga.

 

    Sementara itu bagian bawah rumoh Aceh disebut yup meh yang berfungsi untuk memelihara ternak. Selain itu, bagian ini juga berfungsi sebagai tempat para ibu membuat kain songket. Nilai-nilai Islam yang begitu melekat pada masyarakat Aceh juga sedikit banyak memengaruhi pembangunan rumoh Aceh. Hal ini terlihat dari bangunan rumoh Aceh yang menghadap ke timur dan sisi belakangnya menghadap ke barat sebagai simbol arah kiblat (Mekkah) juga simbol orang-orang di dalamnya tetap menjaga perintah agama.

 

    Rumoh Aceh merupakan rumah adat yang sarat nilai filosofis didalamnya. Tak hanya sekadar hunian, rumoh Aceh juga merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Adaptasi terhadap alam ini diwujudkan oleh masyarakat Aceh melalui penggunaan bahan-bahan untuk membangun rumoh Aceh. Rumoh Aceh yang berbentuk panggung memiliki tiang penyangga berbahan kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan atapnya dari rumbia merupakan aplikasi nyata masyarakat Aceh dalam mencintai lingkungannya.

 

    Sayangnya, kini rumoh Aceh mulai jarang ditemukan. Masyarakat Aceh lebih memilih membangun dan tinggal di rumah modern berbahan beton. Padahal, rumoh Aceh ini bisa menjadi asset yang berharga bagi Indonesia juga Aceh. Namun apabila Anda ingin melihat bentuk Rumoh Aceh yang sesungguhnya, Anda bisa berkunjung ke Banda Aceh karena hanya di ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam inilah rumoh Aceh yang sesungguhnya masih kokoh berdiri. (Aji)

 

Sumber: Berbagai sumber

2 Januari 2014 19:46

Semua tulisan, potret, dan video disusun oleh tim ArtINESIA

                 TIm ArtINESIA:

@megumigunawan @nellyhassani @ridwanajii @rizkiasra

 

bottom of page