top of page

Makna Baju Bodo Sebagai Ikon Sul-Sel

2 Januari 2014 15:00

Salah satu jenis dari pakaian adat Sulawesi Selatan, baju Bodo. (foto oleh http://ceritamakassar.files.wordpress.com/2011/11/bajubodo2.jpg?w=466&h=700)

JAKARTA - Baju Bodo merupakan salah satu ikon Bugis, Makassar, dan Mandar Sulawesi Selatan yang paling tua. Selain sebutan baju Bodo terdapat pula istilah lainnya, yaitu Bodo Gesung yang berarti baju berlengan pendek dan menggelembung karena di bagian belakangnya dibentuk menjadi bergelembung. Baju Bodo kerap digunakan untuk pesta pernikahan dan sebelumnya digunakan saat upacara kematian.


     Baju Bodo terdiri dari blus sebagai pakaian bagian atas dan menggunakan sarung untuk pakaian bagian bawahnya. Blusnya sendiri terdapat dua jenis, yaitu baju Bodo dan Labbu. Perbedaannya adalah baju Labbu berlengan panjang sedangkan baju Bodo merupakan busana kutang.


     Awalnya baju Bodo terbuat dari kain kasa merah atau hitam rangkap dua dan dikanji. Panjangnya hingga ke tanah, sehingga dua kali lipat dari panjang busana dengan lebar kurang lebih satu meter. Kain itu kemudian dilipat menurut panjangnya. Kedua sisinya dijahit, lalu disisakan 12 cm sebagai lubang untuk lengan. Agar terlihat menggelembung pada bagian lubang lengan saat 

digunakan agak disisingkan. Untuk sarung hanya dipegang saja menggunakan tangan kiri.
Bentuk segi empat merupakan ciri khas dari baju bodo dan tidak memiliki jahitan pada bahu. Untuk pemanisnya, baju Bodo dilengkapi aksesoris seperti kalung dengan kepingan-kepingan logam berbentuk bulat dengan warna emas.


    Dalam berbusana adat Sulawesi Selatan, masyarakatnya memiliki ketentuan dan tata cara yang telah diatur dalam sebuah kitab suci bernama Patuntung atau tuntunan. Hal itu berarti pedoman dalam menjalankan kaidah kerohanian. Tak hanya itu, kitab suci tersebut berisikan mantera untuk pengobatan, mandi dan pernikahan yang berasal dari warisan kepercayaan yang benar.


    Saat menggunakan baju Bodo warna disesuaikan dengan usis penggunanya. Misalnya saja, warna jingga digunakan perempuan berusia 10 tahun. Untuk jingga dan merah darah digunakan oleh perempuan berusia 10 hingga 14 tahun. Untuk usia 17 hingga 25 menggunakan warna merah darah. Sedangkan warna putih digunakan oleh para inang dan dukun. Warna hijau bagi putri bangsawan dan ungu digunakan oleh wanita janda. (Nelly)
 

Sumber: Baju Bodo

Semua tulisan, potret, dan video disusun oleh tim ArtINESIA

                 TIm ArtINESIA:

@megumigunawan @nellyhassani @ridwanajii @rizkiasra

 

bottom of page